Long-Offset AVO Pada Data Seismik 2D

Posted on 26/03/2013

0


Keberhasilan interpretasi AVO mayoritas terjadi pada AVO kelas 3 dan 4 yang dikenal sebagai bright spot pada data stack. Untuk AVO kelas 2, interpretasi AVO data prestack sering diperlukan hanya untuk mengenali reservoir potensial saja. Sedangkan interpretasi AVO kelas 1 merupakan interpretasi AVO yang paling sulit karena adanya hidrokarbon yang tidak menunjukan adanya anomali amplitudo pada data seismik (sebagaimana kelas 3 dan 4).

Gambar 1. Basemap area studi kasus di mana titik-titik merah merupakan sumur.

Sebenarnya resiko eksplorasi pada interpretasi AVO kelas 1 dapat dikurangi jika AVO kelas 1 ini diperlakukan sebagaimana AVO kelas 2. Oleh karena itu, diperlukan offset antara source dengan receiver sebesar dua kali kedalaman target. Kemungkinan ini mendorong Fugro-Geoteam dan SEI untuk melakukan akuisisi survey seismik 2D di offshore Texas (Gambar 1) dengan menggunakan streamer sepanjang 9000 m (29520 ft) untuk menguji reservoir sand Miocene. Pemodelan AVO awal mengungkap bahwa sand yang lebih dalam di area tersebut memiliki kontras kecepatan yang memadai dengan shale sekitar sehingga hidrokarbon potensial berada diantara kelas 1 dan kelas 2.

Gambar 2. Lintasan PSTM yang melewati sumur Elf-Aquitaine

Gambar 3. Kurva log sumur Elf-Aquitaine

Sumur Elf-Aquitaine di Galveston Block A142 dibor dan ditinggalkan pada akhir tahun 1980-an. Gambar 2 merupakan penmapngan lintasan seismik PSTM (0-30° angle stack) yang melewati sumur. Zona interest berada di dalam tanda berbentuk kotak. Gambar 3 menunjukan kurva log-log sumur Elf-Aquitain akan tetapi tidak memiliki log Vs. Hasil seismic well-tie cukup bagus (Gambar 4) di mana tiga trace di kiri adalah seismik aktual sedangkan tiga trace setelahnya adalah sintetik trace.

Gambar 4. Well seismic tie sumur Elf-Aquitaine

Pemodelan AVO kemudian dibandingkan dengan prestack migrated CDP gather pada Gambar 5. Di sebelah kiri, koreksi NMO dilakukan dengan menggunakan kecepatan rms yang diperoleh dari analisis kecepatan konvensional. Garis merah merupakan batas dilakukannya muting. Apabila anisotropic NMO diterapkan, maka informasi amplitudo tambahan dari gather CDP tersedia untuk offset ≈ 2 x kedalaman. Perhatikan bahwa top turbidite mengalami penurunan amplitudo di luar normal mute pattern dan kemudian mengalami pembalikan fase dan peningkatan magnitudo amplitudo (semakin negatif). Dengan mengaplikasikan anisotropic NMO berarti telah mengubah anomali kelas 1 ke dalam anomali kelas 2.

Gambar 5. Prestack-migrated CDP gather di lokasi sumur dengan koreksi NMO konvensional dan koreksi NMO anisotropic

Gambar 6 menunjukan pencocokan CDP gather dengan sintetik trace-ray, di mana tranformasi pore-fluid Batzle-Wang digunakan bersama dengan estimasi gelombang S Greenberg-Castagna. Pore fluid diasumsikan dengan air. Hasil dari pencocokan respon AVO dengan CDP gather bisa dibilang mengecewakan. Ada dua perbedaan signifikan. Pertama, ray-trace solution tidak mencapai long offset yang diinginkan karena persoalan sudut kritis. Sekitar sudut kritis, ray-trace solution gagal. Kedua, bagian pembalikan polaritas turbidite event pada CDP gather tidak terbukti pada sintetik ray-trace.

Untuk mengatasi persoalan ini, total elastic solution dilakukan untuk membuat sintetik sebagaimana pada Gambar 6 (kanan). Kurva log sumur yang digunakan sama dalam model elastik. Sekarang far trace mempunyai respon, tapi amplitudo besarnya di far trace sintetik elastik terlihat berbeda dari CDP gather.

Gambar 6. Model sand in-situ dengan fluida pori berupa air. Sintetik AVO disebalah kanan kurva-kurva log sumur menggambarkan ray-trace dan total elastic solution.

Pada Gambar 7, sintetik ray-trace AVO dari Gambar 6 diurai ke dalam tiga sintetik AVO dengan menggunakan persamaan Shuey, yaitu sintetik AI, sintetik variasi Poisson’s ratio, dan sintetik variasi kecepatan gelombang P. Ketiga respon/sintetik ini kemudian dijumlahkan menjadi respon total ray-trace. Total ray-trace ini kemudian dibandingakn dengan CDP gather. Perbedaan signifikan berada pada bagian pembalikan polaritasnya.

Apabila kita lihat kembali ketiga respon di atas, maka respon variasi Poisson’s ratio terlihat memiliki andil kecil dalam pembuatan total ray-trace. Hal ini terlihat pada bagaimana respon total trace begitu mirip dengan respon AI. Oleh karena itu, dibuatlah cara agar respon variasi Poisson’s ratio memiliki andil yang lebih besar agar perbedaan total ray-trace dengan CDP gather nantinya minimal. Salah satu cara untuk menaikkan pengaruh respon variasi Poisson’s ratio adalah dengan mengasumsikan fluida porinya dengan fizz water. Hasil dari total ray-trace baru setelah respon variasi Poisson’s ratio diubah dapat dilihat pada Gambar 8 (tengah).

Gambar 8. Respon full elastik setelah perbaikan respon Poisson’s ratio dan koreksi sudut datang anisotropic

Respon elastik (tengah) dibandingkan dengan CDP gather sudah cukup match namun dengan amplitudo yang lebih tinggi yang tidak ada pada CDP gather. Salah satu penjelasannya adalah adanya anisotropy. Dengan menggunakan prosedur yang dideskripsikan oleh Thomsen dan Tsvankin, parameter anisotropy η yang diperoleh selama analisis kecepatan, dikombinasikan dengan informasi checkshot dan fungsi kecepatan rms untuk menghasilkan fungsi δ dan ε. Dua fungsi anisotropic ini kemudian digabungkan ke dalam modeling code ray-trace anisotropic. Dari code ini, sudut datang untuk berbagai offset diprediksi.

Sudut datang ini berbeda dengan yang diprediksi dari model isotropic. Pada umumnya, kecepatan horizontal sedikit lebih cepat daripada kecepatan vertikal. Dengan demikian, penjalaran muka gelombang dalam medium anisotropic cenderung lebih datar daripada di dalam medium isotropic. Pada sumur Elf-Aquitaine, sudut datang untuk model isotropic di offset 9200 m adalah 60°, sementara sudut datang untuk model anisotropic dengan offset yang sama adalah 52°. Untuk sudut datang 52° pada model isotropic sendiri berada pada offset 7600 m.

Hasil dari sintetik total elastik setelah koreksi sudut datang anisotropic dapat dilihat pada Gambar 9 sebelah kanan. Pada Gambar 9 sebelah kanan sudah menunjukan match yang lebih baik dengan CDP gather.

Referensi:

  • Hilterman, F., Schuyver, C.V., dan Sbar, M. 2000. AVO examples of long-offset 2-D data in the Gulf of Mexico. TLE – November
Posted in: AVO, Case Study