Karakteristik DHI pada AVO Kelas 2 dan 3

Posted on 29/03/2013

0


Pada tahun 2001, konsortium perusahaan minyak diselenggarakan dalam usaha untuk memahami anomali amplitudo seismik yang diinterpretasikan sebagai DHI dan dampaknya pada resiko prospek dan perhitungan cadangan. Ada sebanyak 41 perusahaan minyak yang berkonstribusi untuk mengembangkan proses analisis amplitudo seismik secara sistematik serta menggunakan sebanyak 217 sumur (Gambar 1) dalam rangka untuk lebih memahami aspek kunci anomali amplitudo seismik dan hubungannya dengan hasil pengeboran.

Gambar 1. Lokasi 217 sumur di seluruh dunia yang digunakan sebagai database konsortium DHI

Ada beberapa cara dalam menentukan karakter DHI dari hasil sumur. Daftar berikut ini merupakan hasil di mana karakter DHI dirangking dengan skala 1-5 (1 adalah terburuk sedangkan 5 terbaik). Hasil ini kemudian dikorelasikan dengan apakah sumur-sumur tersebut berhasil ataukah menyandang status dry hole. Dengan pendekatan ini, maka akan mampu mengeliminasi efek penskalaan atau pembobotan apapun dan kemudian membandingkan karakteristik DHI tersebut apakah tingkat korelasinya cukup baik/sesuai dengan hasil aktual setelah pengeboran ataukah tidak. Lima karakteristik DHI telah ditentukan untuk AVO kelas 2 dan 3 berkenaan dengan setting geologi yang berbeda sebagai berikut.

Karakteristik DHI AVO kelas 3

AVO kelas 3 berkenaan dengan unconsolidated gas sand dengan kecepatan interval biasanya kurang dari 8500 ft/s (2650 m/s). Untuk reservoirnya biasanya berupa gas sand dan memiliki nilai impedansi rendah yang diselubungi dengan shale berimpedansi lebih tinggi. Gas sand ini akan tampak beramplitudo tinggi  pada penampang stack dan pada penampang gather offset/angel.

1. Kesesuaian downdip amplitudo pada data seismik stack atau far offset. Berhubungan dengan seberapa baik kesesuaian anomali amplitudo seismik dengan kontur struktur reservoir. Diberikan lima tingkatan pada Gambar 2, di mana semakin berkesesuian anomali amplitudo dengan klosur struktur maka semakin tinggi tingkat keyakinan akan adanya hidrokarbon pada DHI tersebut.

Gambar 2. Tingkatan kesesuaian anomali amplitudo dengan kontur struktur (kiri ke kanan semakin baik)

2. Perubahan fase pada pinggir downdip anomali. Berkenaan dengan perubahan fase atau frekuensi pada tepi downdip anomali.

3. Konsistensi amplitudo pada area target yang dipetakan. Berkenaan dengan keseragaman respon amplitudo di dalam area target yang telah dipetakan hasil interpretasi dari data seismik stack. Ketika mengevaluasi karakteristik ini, pertimbangan akan kemungkinan adanya perubahan faulting atau stratigraphic yang bisa jadi akan mengubah konsistensi internal harus diperhatikan.

Gambar 3. Tingkatan konsistensi amplitudo di dalam anomali DHI yang telah ditentukan sebelumnya (kiri ke kanan semakin baik)

4. Flat spots. Berkenaan dengan respon seismik pada kontak hidrokarbon (relatif datar) di mana kontak dapat berupa gas/oil, oil/water, dan gas/water. Ketebalan gross reservoir harus lebih besar daripada ketebalan tuning agar fitur flatspot dapat terlihat pada data seismik. Kehati-hatian dituntut dalam interpretasi fitur flatspot ini karena fitur geologi lain seperti tepian channel, low-angel fault, batas diagenetik, reservoir dengan saturasi gas rendah atau bahkan artifact seismik processing dapat tergambarkan sebagai flatspot.

5. Anomali respon AVO dibandingkan dengan event di atas dan di bawahnya.Berkenaan dengan apaka ada event beramplitudo besar di atas atau bawah anomali target yang terlihat mirip (Gambar 4).

Gambar 4. Gather CDP unmuted yang menunjukan amplitudo lebih besar dibandingkan dengan event di atas dan di bawahnya.

Karakteristik DHI AVO kelas 2

AVO kelas 2 berkenaan dengan gas sand yang lebih terkonsolidasi dibandingkan kelas 3 di mana kecepatan interval gross nya antara 8500 ft/s dan 12000 ft/s (2650 m/s dan 3650 m/s). Nilai AI dari  gas sand dengan shale yang menyelubunginya sama sehingga near-offset nya akan beramplitudo kecil (baik positif maupun negatif).

1. Kesesuaian downdip amplitudo pada data seismik far offset. Prinsipnya sama dengan kelas 3, namun untuk kelas 2, biasanya evaluasinya dilakukan pada data seismik far offset.

2. Konsistensi amplitudo pada area target yang dipetakan. Sama dengan kelas 3, hanya saja identifikasi dilakukan dengan menggunakan data seismik far-offset.

3. Observasi AVO. Membandingkan respon amplitudo pada data near-offset (diharapkan rendah) dengan data far-offset (diharapkan negatif tinggi). Adanya noise, koreksi NMO tidak tepat, multiple, tidak mencukupinya offset selama akuisisi, dan artifact processing seringkali mengurangi tingkat keyakinan karakteristik ini

4. Anomali event AVO jika dibandingkan dengan event yang sama di luar klosur. Apakah respon kelas 2 AVO adalah unique dibandingkan dengan event yang berhubungan yang berada di luar klosur. Karakteristik tipe ini sering di interpretasi dari stack far-offset/angle, intercept, gradient, intercept x gradient, far-near, dan (far-near) x far.

5. Perubahan AVO dibandingkan dengan model (wet versus hydrocarbon-filled). Pemodelan respon AVO biasanya mengaplikasikan persamaan Gassman, umumnya melibatkan pemodelan substitusi respon gas, minyak, dan air. Perbandingan respon in-situ dan model dengan gather yang sebenarnya akan membuat tingkat keyakinan yang tinggi akan adanya keberadaan hidrokarbon atau tidak.

Referensi:

  • Roden, R., Forrest, M., dan Holeywell, R. 2012. Relating seismic interpretation to reserve/resource calculations: Insights from a DHI consortium. The Leading Edge – September
Posted in: AVO