Inversi Seismik Dalam Domain Depth

Posted on 04/04/2013

0


Inversi seismik dalam domain time telah dilakukan selama empat dekade dalam rangka memperoleh impedansi akustik dari data seismik. Proses inversi dalam domain time ini mengharuskan adanya konversi depth ke time pada data log sumur yang kemudian hasil inversinya akan dikonversi kembali dari time ke depth untuk keperluan pemodelan reservoir. Dengan dilakukannya inversi dalam domain depth maka penkonversion berkali-kali dari domain depth/time ke domain time/depth tidak lagi diperlukan. Di sisi lain, volum PSDM juga sudah semakin dikenal di dalam seismik eksplorasi. Tentunya inversi dalam domain depth tidaklah tanpa kendala. Dibutuhkan wavelet dan kecepatan interval yang konstan.

Sebagaimana telah kita ketahui bahwasanya wavelet seismik akan mengalami perubahan sejalan dengan penjalarannya melewati layer yang memiliki kecepatan yang berbeda-beda. Syarat untuk konvolusi dalam domain depth adalah wavelet yang konstan. Untuk memenuhi syarat kondisi ini, transformasi pseudodepth dengan kecepatan konstan digunakan. Metode ini diusulkan pertama kali oleh Hu dkk (2007). Metode ini mengubah depth menjadi pseudodepth sedimikian hingga kecepatannya menjadi konstan untuk tiap-tiap layer (vm). Pseudodepth (dpi) untuk layer ke-i didefinisikan sebagai berikut

di mana vi adalah kecepatan interval original

dpi adalah interval pseudodepth-sampling untuk layer ke-i

di adalah interval depth-sampling untuk layer ke-i

Pada umumnya, kecepatan interval dan kedalaman diekstrak dari data seismik dan data sumur dengan interval depth-sampling konstan. Untuk melakukan konvolusi dalam domain kedalaman, interval pseudodepth-sampling (dp) harus memenuhi kondisi berikut:

di mana vm adalah kecepatan interval konstan yang digunakan untuk konversi pseudodepth. Hasil true depth-domain diperoleh melalui rescaling kembali dengan vm.

Seismic well-tie dalam domain depth harus dibandingkan dalam domain time untuk melihat apakah inversi seismik layak dilakukan dalam domain depth. Sebelum melakukan seismic well-tie dalam domain depth, maka terlebih dahulu dilakukan analisis kecepatan untuk memperoleh nilai kecepatan interval konstan (vm) pada intervel interest kita. Analisis kecepatan ini dapat dilakukan dengan membandingkan antara kecepatan interval seismik (PSDM) dengan kecepatan interval sumur (sonic). Agar frekuensi kecepatan interval sumur menyerupai dengan frekuensi kecepatan seismik, maka kecepatan interval sumur difiltering dengan melakukan filter high cut (10 Hz dan 2 Hz). Tentunya akan ada perbedaan nilai kecepatan interval seismik dengan sumur. Dalam rangka mencari kecepatan interval konstan terbaik untuk transformasi pseudodepth dan estimasi wavelet optimal dalam domain kedalaman, perlu dilakukannya pemasukkan beberapa nilai kecepatan interval yang masih dalam kisaran perbedaan kecepatan seismik-sumur kemudian tiap-tiap kecepatan tersebut diaplikasikan untuk pencocokan seismic well-tie dalam domain depth.  nilai koefisien korelasi tertinggi pada pencocokan seismik-sintetik yang dibuat dengan kecepatan interval konstan dipilih sebagai vm.

Jika nilai koefisien korelasi hasil dari pencocokan seismik-sintetik dalam domain depth cukup tinggi, maka memungkinkan dan layak untuk dilakukannya inversi dalam domain depth. Ketika melakukan inversi dalam domain depth, inversi dalam domain time harus juga dilakukan sebagai QC, tentunya dengan parameter inversi yang sama antara inversi domain depth dengan inversi domain time. Untuk melihat seberapa bagus hasil inversi dalam domain depth, dapat dilakukan ekstraksi ke log dari volume AI dari kedua domain hasil inversi tersebut untuk diperbandingkan dengan log AI sebenarnya di mana log AI sebenarnya ini di smoothing agar kandungan frekuensinya menyerupai kandungan frekuensi dari log ekstraksi hasil kedua inversi di atas. Selain perbandingan log to log, kita juga dapat melihat seberapa dekat hasil inversi domain depth dengan log AI sebenarnya dengan dilakukannya crossplot. Kita pun dapat menggunakan hasil inversi domain depth ini untuk memprediksi nilai porositas apabila nilai korelasi hasil inversi cukup tinggi dengan log AI dan hubungan antara log AI dengan log porositas sendiri juga memiliki nilai korelasi yang tinggi.

Referensi:

  • Singh, Y. 2012. Deterministic inversion of seismic data in the depth domain. The Leading Edge – May